Sing Kuat Udu Aku

“Sing kuat udu aku, nanging donga pangestune wong tuaku.” Yang kuat bukan aku, tapi doa restu orang tuaku.

tulisan bokong truk

Saat bertemu tulisan tersebut tadi siang di Jalan Kaliurang, hati saya langsung terasa mak dheg. Ia seperti menjadi pengingat yang halus tentang pencapaian. Betapa dalam hidup, saya dan mungkin juga Anda, sering sekali melupakan peran besar doa orang tua, dan merasa apa yang sudah kita capai selama ini adalah murni andil usaha kita. Kita sering menafikan doa orang tua dalam semesta keberhasilan hidup, melupakannya, dan menyingkirkannya ke dalam ruang yang amat jauh.

Dalam banyak hal yang kita lakukan, dalam bisnis, pendidikan, karier, pergaulan, jodoh, apa pun itu, doa orang tua akan selalu menjadi hal yang penting. Meminta doa restu orang tua bukanlah sekadar pelengkap ikhtiar, ia seharusnya menjadi ikhtiar yang utama. Doa restu orang tua selalu bisa, sangat bisa, memengaruhi keberhasilan dan kegagalan hidup.

Kalau suatu saat, kau gagal, remuk, dan menjadi pecundang, jangan-jangan bukan karena usahamu yang kurang keras, langkahmu yang kurang cerdik, atau persiapanmu yang kurang matang. Jangan-jangan kau melupakan satu hal penting, ridho orang tua. Ridho yang kepadanya, Tuhan ikut ridho.

Sebaliknya, kalau kita berjaya dan berhasil meraih apa yang kita cita-citakan, bisa jadi itu semua karena Tuhan mempermudah jalan kita melalui perantara doa tulus orang tua kita.

Maka, ingatlah, ada doa orang tua dalam setiap keberhasilan, ada tirakat orang tua dalam setiap kecemerlangan dan kecerdasan, dan ada laku prihatin orang tua di balik jalan mulus yang sering kita kira sebagai keberuntungan.

Bapak, Ibu, nyuwun pangapuro. Aku kemlinthi, aku rumongso iso, aku yak-yak’o.
Share: