Find Our Love Again: 30 Tahun Rekam Jejak Powerslaves

Kalau ditanya apa band dalam negeri favorit saya, maka saya tak ragu menyebut dua band ini: Dewa19 dan Powerslaves. Kalau salah satu dari dua band ini konser di Jogja, Magelang, atau kota-kota-kota lain yang relatif mudah untuk saya jangkau, maka sebisa mungkin saya akan menyempatkan diri untuk menontonnya. Saya menyukai Dewa19 sejak SD, sedangkan Powerslaves sejak SMP.

Ada beberapa persamaan unik yang kebetulan ada dalam dua band ini.

Pertama, baik Dewa19 maupun Powerslaves digawangi oleh drummer yang sama: Agung Yudha alias Agung Gimbal.

Tak banyak yang tahu bahwa Agung Yudha, selain menjadi drummer Dewa 19 (dan juga Ari Lasso Band), juga masih berstatus sebagai drummer Powerslaves. Walau dirinya sudah sangat jarang manggung bersama Powerslaves dan nyaris selalu digantikan oleh additional player, namun ia tetaplah drummer utama Powerslaves.

Yang kedua, Dewa19 maupun Powerslaves sama-sama punya perjalanan karier yang kelak membuat mereka punya dua vokalis yang legendaris dengan masing-masing karakter suara yang khas.

Dewa punya Ari Lasso dan Once, sedangkan Powerslaves punya Njet dan Heydi Ibrahim.

Ketiga, dua band ini sama-sama punya satu sosok yang membantu mereka untuk mengorbit di Jakarta. Dewa19 dibantu oleh Harun, teman sekolah Wawan yang memberikan modal sebesar 10 juta rupiah untuk membantu Dewa19 rekaman di Jakarta. Sementara Powerslaves banyak dibantu oleh Gilang Ramadhan, sosok yang sangat berjasa bagi Powerslaves dalam merintis karier di Jakarta, ia bahkan merelakan rumahnya sebagai tempat tinggal personel Powerslaves selama di Jakarta.

Kisah tentang Dewa19 tentu sudah banyak diketahui. Biografinya pun ada, dari yang versi buku “Manunggaling Dewa Ahmad Dhani” sampai yang versi nylempit di buku “Indonesian Song Book I”. Bahkan kalau mau yang lebih dramatik, ada versi sinetronnya yang dulu tayang sekitar tahun 2004 di Trans TV dan sempat ramai karena digugat oleh Erwin Prasetya itu.

Nah, kalau untuk Powerslaves, saya nyaris tak pernah mengetahui dengan lengkap. Selain dari postingan-postingan grup Facebook dan website Kereta Rock n Roll (Manajemen Powerslaves), informasi lain yang bisa saya jadikan sebagai sumber informasi untuk mengulik band kesayangan ini nyaris hanya dari video-video vlog yang dibikin oleh personel Powerslaves di kanal Youtube dan media sosial mereka masing-masing.

Maka, ketika Powerslaves akhirnya merilis buku catatan perjalanan mereka untuk menandai 30 tahun mereka berkarya, saya girang setengah mampus dan tak butuh waktu lama untuk langsung ikut PO.

Apalagi, dari berbagai siaran langsung Instagram untuk menyambut peluncuran buku ini, para personel mengatakan bersedia buka-bukaan tentang perjalanan band yang menjadi sangat besar karena lagu “Find Our Love Again” ini.

Beberapa hari yang lalu, buku ini akhirnya tiba. Tepat ketika saya membuka paket tersebut, saya membatin pelan, “Ini dia, buku yang sudah saya tunggu belasan tahun lamanya.”

buku find our love again

Buku berkelir hitam itu langsung saya hirup. Aroma kertasnya amat menyenangkan. Saya membawanya berlari dengan girang menuju ruang tengah untuk segera saya baca.

Sambil membuka preview halaman per halaman, saya tak bisa menahan mulut saya untuk berteriak, “Lima tahun yang lalu, kumainkan musikku, dalam kamar tidur milikku, oh yeaaaaah... Led Zeppelin idolaku, bikin marah papaku…”
Share: