Kritik, Fakta, Fiksi: Buku “Mahal” Bre Redana

Rabu kemarin, saya mendapatkan kehormatan karena menjadi pembedah buku barunya Pak Bre Redana “Kritik, Fakta, Fiksi”. Tentu saja saya gentar ketika mula-mula pihak penerbit meminta saya untuk menjadi pembedah buku tersebut.

Alasan pertama sudah pasti adalah faktor Pak Bre Redana sendiri. Ia penulis yang saya yakin semua orang tak akan berani meragukan kualitas tulisannya. Ia legendanya legenda. Core of the core. Kalau merunut pada ucapan Jacob Oetama yang berkali-kali mengatakan bahwa roh koran adalah kebudayaan, maka tak berlebihan bila Bre Redana, yang mengurus kolom budaya di Kompas bertahun-tahun lamanya itu adalah sebagian dari roh Kompas.

Alasan kedua karena ini adalah acara mahal. Buku Pak Bre dibikin dalam dua versi: versi reguler dan versi premium. Nah, versi premium ini dikemas secara kolaboratif dengan artwork karya perupa Ronald Apriyan dan dicetak hanya 100 copy dan dijual masing-masing 3 juta rupiah, dan semuanya sold out. Sementara artwork aslinya dilelang dan laku 300 juta. Maka, menjadi pembedah di acara “600 juta” tentu adalah beban besar.

Alasan ketiga tentu saja karena tamu undangan yang hadir. Musabab ini acara terbatas, maka jumlah pesertanya tak lebih dari 30, dan sialnya, 30 orang ini adalah mereka kalangan penulis, seniman, kolektor, sampai budayawan. Nyaris kesohor semua. Beberapa nama yang saya tahu misalnya ada Gus Muh, Mahfud Ikhwan, Agus Noor, Delia Murwihartini, Putu Sutawijaya, sampai presiden lima gunung Tanto Mendut.

Tiga alasan itu sepatutnya sudah cukup untuk membuat saya menolak tawaran terhormat itu. Namun Eka (pemilik Penerbit Tanda Baca) dan Pak Bre sendiri ternyata bersikukuh agar bukunya itu dibedah oleh penulis muda, dan saya dianggap pas. Pada akhirnya, demi rasa hormat saya kepada Pak Bre Redana —dan juga honor yang lumayan, tentu saja— saya menerima jua tawaran (beraroma paksaan) itu.

agus mulyadi bre redana

Sehari semalam saya dibikin gugup dan gelisah demi mempersiapkan materi pembedahan di acara peluncuran buku ‘Kritik, Fakta, Fiksi’ ini. Beruntung, acara berjalan dengan lancar, kelewar lancar malah. Saya juga merasa cara membedah saya tidak buruk-buruk amat.

‘Kritik, Fakta’ Fiksi’ merupakan buku yang berisi kumpulan Pak Bre Redana di rubrik Udar Rasa dari tahun 2017-2020. Pembaca setia rubrik itu pasti tahu bagaimana kualitas tulisan Pak Bre yang selalu penuh dengan permenungan yang sarat akan kejutan dan lompatan.

Ia misalnya, menulis tentang kemacetan di Jakarta yang membuat mobil maksimal hanya bisa melaju pada kecepatan 20 km per jam. Pak Bre kemudian membandingkannya dengan kecepatan kereta kuda pada masa-masa awal jalan raya Anyer-Panarukan yang ternyata tak jauh beda, yakni 18-20 km per jam. Hal yang kemudian memunculkan kegelisahan sebab transportasi kita yang selama ini kita anggap melesat menuju era modern, pada kenyataannya belum beranjak banyak dari kehidupan transportasi 300 tahun yang lalu.

Atau tengoklah betapa halusnya Pak Bre membuka sudut pandang baru tentang Solo yang pada beberapa aspek, cukup diuntungkan dengan rivalitas antara Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran. Alasannya sederhana, dua entitas kerajaan tersebut sama-sama menempatkan kebudayaan sebagai sesuatu yang sentral, sehingga persaingan keduanya justru menghasilkan produk kebudayaan yang nyata, Pak Bre mencontohkannya dengan Kasunanan yang membangun Taman Sriwedari yang kemudian disaingi oleh Mangkunegaran yang membangun Taman Balekambang.

Sebagai pembaca tulisan-tulisan Umar Kayam, bagi saya, tulisan-tulisan Pak Bre ini sangat sedap untuk dibaca. Ada banyak kosakata bahasa Jawa yang sengaja dipertahankan oleh Pak Bre. Timbang nglangut, dheleg-dheleg, mbelgedes, waton sulaya, dan sederet kosakata bahasa lainnya bisa ditemukan dengan cukup intens dalam tulisan-tulisan di buku ini. Pak Bre bahkan lebih suka menggantikan istilah “post-truth” dengan “pasca-kasunyatan” dalam tulisan-tulisannya.

Layout buku ini juga menyenangkan. Sebagai mantan layouter, saya bisa menyebut bahwa ini buku yang lux. Dengan font utama libre baskerville, buku ini dicetak dengan bookpaper 72 gram dan kertas cover old mill berkuping, hal yang membuatnya serupa kitab suci yang wajib bagi pembacanya berwudhu dahulu sebelum menyentuhnya.

Jika Anda tertarik ingin membeli buku ‘Kritik, Fakta, Fiksi’ versi premium, maka mohon maaf, seperti yang sudah saya katakan di awal, versi premium sudah habis terjual. Namun jika Anda menginginkan versi reguler (dan memang hanya itu pilihannya), buku ini bisa dibeli dengan harga 99 ribu. Dan tentu saja, Anda pasti sudah tahu, di mana Anda bisa membali buku keren ini bukan? Yak, tepat sekali, di Akal Buku. Toko buku kecil yang nomor WhatsApp-nya 082167371000 itu.

buku kritik, fakta, fiksi

buku kritik, fakta, fiksi

buku kritik, fakta, fiksi

buku kritik, fakta, fiksi

buku kritik, fakta, fiksi

buku kritik, fakta, fiksi
Share: