Selalu ada kesedihan ketika personel band yang sangat kamu idolakan meninggal dunia. Terlebih ketika band itu adalah band yang lagu-lagunya menghiasi masa kecil dan remajamu. Band yang konser-konsernya paling banyak kamu tonton ketimbang band lain mana pun.
Kesedihan itu menjadi kesedihan yang berlipat, tatkala personel itulah yang membikin lagu-lagu yang kamu anggap terbaik dari sekian banyak lagu dari band yang kamu idolakan itu.
Pagi ini, jenis kesedihan itu mampir masuk ke dalam diri saya. Erwin Prasetya meninggal.
Ini kesedihan yang sentimentil sebagai Baladewa garis miring. Lima lagu Dewa 19 yang paling saya sukai adalah Restoe Boemi, Mistikus Cinta, Bayang-Bayang, Swear, dan Still I’m Sure We’ll Love Again. Dan dari lima itu, dua di antaranya ditulis oleh Erwin.
Sugeng tindak, Erwin Prasetya. Sosok yang tak pernah saya anggap sebagai mantan personel Dewa 19. Sampai akhir hayatnya, Ia tetap personel Dewa 19.
Sampai kapan pun, huruf “E” pada Dewa 19 akan selalu mewakili namanya.